AGAM|Pemerintah Kabupaten Agam memperingati 117 tahun Perang Manggopoh yang digelar secara khidmat di Lapangan GOR Buya Hamka, Manggopoh, Minggu (15/6). Acara ini dihadiri oleh Forkopimda Plus Kabupaten Agam, anggota DPRD Provinsi Sumbar dan Kabupaten Agam, Sekda, para staf ahli, asisten, kepala OPD, camat se-Kabupaten Agam, TP-PKK, GOW, Dharma Wanita, Walinagari, tokoh masyarakat, ninik mamak, alim ulama, bundo kanduang, ormas, LSM, dan unsur media.
Dalam amanatnya, Wakil Bupati Agam H. Muhammad Iqbal, SE, M.Com mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meneladani semangat perjuangan rakyat Manggopoh yang telah berani melawan penjajahan demi menegakkan harga diri bangsa.
“Hari ini, kita berdiri di atas tanah yang dahulu menjadi saksi keberanian masyarakat Manggopoh. Perang Manggopoh, yang meletus pada 15 Juni 1908, adalah bentuk nyata perlawanan rakyat Minangkabau terhadap ketidakadilan dan pemaksaan kebijakan oleh penjajah,” ujar Wabup.
Ia menambahkan bahwa Perang Manggopoh dan Perang Kamang merupakan satu kesatuan gerakan rakyat Agam dalam menentang kolonialisme Hindia Belanda.
“Peristiwa ini sangat heroik dan patriotik, dan telah dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia,” katanya.
Wabup juga menekankan bahwa Perang Manggopoh bukanlah semata perlawanan lokal, namun bagian dari perjuangan seluruh masyarakat Minangkabau yang dipimpin oleh para tokohnya.
“Para tokoh pejuang Perang Manggopoh sejatinya adalah pahlawan nasional. Sosok paling mengemuka adalah Mandeh Siti Manggopoh, yang secara fisik langsung menghadapi bala tentara penjajah hanya bersenjatakan bambu runcing,” tutur Wabup.
Menurutnya, ada dua keistimewaan dari Perang Manggopoh yang membedakannya dengan perlawanan rakyat lain di nusantara, yakni sebagai bentuk perlawanan terhadap pemberlakuan belasting (pajak) dan keteguhan masyarakat dalam melanjutkan perjuangan bersenjata ketika daerah lain sudah menyerah.
“Dari sekian banyak gerakan menentang penjajahan, hanya dua perang yang dilatarbelakangi oleh kebijakan belasting, yaitu Perang Manggopoh dan Perang Kamang—dan keduanya terjadi di Agam,” ungkapnya.
Wabup turut mengajak seluruh generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dan tetap menjaga nilai-nilai perjuangan.
“Rentang waktu 117 tahun membuat kita semakin jauh dari peristiwa itu, tetapi sedikit pun kita tidak boleh lupa sejarah Perang Manggopoh,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas jasa para pejuang serta harapan agar semangat perjuangan tetap tumbuh dalam diri setiap generasi.
“Semoga peringatan Perang Manggopoh ke-117 ini semakin memperkuat jati diri kita sebagai generasi pejuang yang berani menegakkan kebenaran dan memerangi kemungkaran,” pungkasnya.
Sumber: Diskominfo Agam
0 Komentar